Lukah Incut

Basisdata Tradisi Lisan
DATA
Nama Tradisi Lisan
Lukah Incut
Kategori
Dongeng
Etnis Penutur
Kerinci
Medium Penyajian
Berdongeng dari orang tua ke anak-anak
Komponen Tokoh atau Pelaku
Ayah, ibu dan anak
Deskripsi

Pada suatu hari seorang ayah membuat  alat perangkap ikan dari bambu yang disebut lukah. Lukah yang dibuat sang ayah bentuknya incut atau penyok, tidak sempurna seperti lukah pada umunya yang berbentuk lonjong bulat sempurna. Karena keisengannya, sang anak menghina bentuk lukah yang berbentuk incut dengan cara mendendangkannya selama di rumah dan di luar rumah. Melihat itu sang ayah merasa sedih dan merasa jengkel terhadap anak semata wayangnya.

Dengan lukah incut itu sang ayah pergi ke sungai menangkap ikan dengan cara memasang lukah incut itu di tempat yang diperkirakan banyak ikannnya. Keesokan harinya sang ayah pergi ke sungai melihat lukah yang dipasangnya untuk melihat ikan hasil tangkapannya. Di luar dugaan lukah yang dipasangnya dipenuhi dengan ikan.

Singkat cerita ikan hasil tangkapannya dibawa ke rumah kemudian dimasak oleh sang ibu dan dihidang. Sang ayah sangat asyik dan lahap memakan masakan ikan sampai lupa pada anak dan isterinya karena dia pikir ikan hasil tangkapannya sangat banyak. Sang anak yang baru pulang bermain, duduk di depan sang ayah berniat makan bersama ayahnya. Namun sang ayah malah menyuruh anaknya pergi ke ibunya untuk meminta makanan. Lalu sang anak pergi ke ibunya untuk meminta nasi dan lauknya, karena merasa nasi yang ada dan ikan yang sudah matang sudah dihidangkan maka ibunyapun menyuruh meminta nasi dan lauk kepada ayahnya.  Setelah datang ke ayahnya disuruhnya lagi si anak pergi ibunya. Begitu terus sampai sang anak merasa bosan dan frustasi.

Untuk mengobati kesedihan dan kekecewaan si anak pergi ke kebun di belakang rumah, di sana ada batu yang cukup besar. Naiklah si anak ke atas batu sambil bergumam alangkah senangnya kalau batu ini bertambah tinggi sehingga aku bisa melihat ke sekeliling dan melupakan kesedihannya karena tidak dipedulikan oleh kedua orang tuanya. Tanpa disadari batu tadi benar-benar bertambah tinggi dan sambil berloncat kegirangan karena bisa melihat jauh sekeliling, sang anak berteriak "ayo, tambah tinggi lagi". Sampai ketinggian yang tidak memungkinkan untuk turun sang anak baru menyadari tidak mungkin bisa turun lagi dan batupun berhenti tambah tinggi.

Di dalam rumah, sang ayah dan ibu setelah selesai makan baru menyadari kalau si anak tidak ikut makan bersama mereka. Maka dicarinya si anak di sekeliling rumah. Didapatinya batu baru yang sangat tinggi di belakang rumahnya, ditengoknya ujung batu bagian atas dan betapa kagetnya karena si anak berada di atas batu itu sambil melambaikan tangannya. Berkatalah sang ibu dan ayah kepada anaknya " turunlah nak, ma'afkan ayah dan ibu yang sudah mengacuhkanmu". Si anak pun menjawab " , biarlah saya di sini, saya senang melihat pemandangan di atas sini. Sang ayah dan Ibu sangat menyesal karena telah menelantarkan dan mengacuhkan anaknya dan telah asyik dengan dunianya.

Kecamatan
Air Hangat Timur
Kabupaten
Kerinci
Propinsi
Jambi